Pages

Subscribe:

Labels

Sabtu, 27 Agustus 2011

Puisi tentang mu

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana... seperti kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu... Aku ingin mencintaimu dengan sederhana... seperti isyarat yang tak sempat dikirimkan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada.

Jika cinta tidak dapat mengembalikan engkau kepadaku dalam kehidupan ini... 
pastilah cinta akan menyatukan kita dalam kehidupan yang akan datang.

Kemarin aku sendirian di dunia ini, kekasih; dan kesendirianku... sebengis kematian... Kemarin diriku adalah sepatah kata yang tak bersuara..., di dalam pikiran malam. Hari ini... aku menjelma menjadi sebuah nyanyian menyenangkan di atas lidah hari. Dan, ini berlangsung dalam semenit dari sang waktu yang melahirkan sekilasan pandang, sepatah kata, sebuah desakan dan... sekecup ciuman.


(Kahlil Gibran) 

Senin, 22 Agustus 2011

Pohon dan Laut

Di pepohonan aku tahu,
burung-burung mencuba berbicara
dengan lidah kecilnya,
yang menyimpan beribu rahsia.
tapi akankah aku mengerti
apa yang d**eluhkannya?
di laut aku tahu
ikan-ikan terbang
dengan sayap yang keperak-perakan,
kian kemari tak tentu arah.
tapi akankah aku mengerti
apa yang di resahkannya?
kerana aku sendiri hanyalah
seekor katak kecil
yang tak lagi bisa berlindung
diantara akar-akar yang dulu perkasa
sekarang hilang tak berbekas.

Selasa, 16 Agustus 2011

Puisi Tentang Alam


Gunung tinggi diatas tanah
Berkabut putih dan cerah
Udara sejuk di pagi hari
Sawah hijau nan luas
Air di danau sangat sejuk
Embun pagi jatuh di daun
Air terjun sangat dingin
Dan embun sore yang sejuk
Air biru mewarnai pantai
Udara pagi di pantai sangat sejuk
Di pantai ada tempat pelelangan penyu
Dan laut yang sangat luas
Matahari yang hangat
Menyinari lingkungan alam
Sinar matahari sangat baik bagi tubuh
Membuat hari tampak cerah

Puisi Alam Bumi Tua



Apa kau rasa bumi sudah tua
tak kan mampu menompang hidup kita
apa kau tau tuhan sudah muak
terhadap kita yang melunjak
gunung akan muntah
ketika kau bertingkah
laut akan meludah
ketika kau berubah
apa kau ingin menghancurkan dunia
dengan tingkamu yang bertingkah
dengan gayamu yang mewah
dengan sifatmu yang serakah
bumi akan aman
jika kau tak ikuti zaman
laut akan tenang
bila kau tak berenang
dengan senang tanpa membimbang
kau sangat tau diriku terikat
tapi tak pernah kau coba merapat
kau mengharapkan manfaat
sampai kau tak pikirkan akibat
rasaku ingin kabur
ingin hasratku tuk melebur
ingin ku tuk keluar
dari tingkahmu yang tak bisa diatur
sungguh ku tak kuat mengangkat bebanmu
yang tak menganggapku
jika tuhan menyuruhku
kutak kan kembali mengenalmu
BIAR KAU MENCARIKU
KU KAN TERTAWA KEPADAMU….

puisi alam


kehilangan desirnya
daun-daun kering
takkan mau
meluruhkan tubuhnya

Bila langit
kehilangan kebiruannya
burung-burung
takkan mau
mengepakkan sayapnya

Bila sungai
kehilangan kejernihannya
ikan-ikan
takkan mau
mengibaskan ekornya

Bila bulan
kehilangan sinarnya
malam-malam
akan gelap tanpa cahaya

Bila hutan
kehilangan pohon-pohon
hewan-hewan
kehilangan tempat tinggalnya

Bila bukit
kehilangan kehijauannya
sungai-sungai
akan kering selamanya

Bila petani
kehilangan sawah ladangnya
kanak-kanak
akan menitikkan air mata

Bila manusia
kehilang kemanusiaannya
alam semesta
akan tertimpa bencana
dan bertanya angin kering
"Perlukah memanusiakan manusia?".

WAKTU



Dan jika engkau bertanya, bagaimanakah tentang Waktu?….
Kau ingin mengukur waktu yang tanpa ukuran dan tak terukur.

Engkau akan menyesuaikan tingkah lakumu dan bahkan mengarahkan perjalanan jiwamu menurut jam dan musim.
Suatu ketika kau ingin membuat sebatang sungai, diatas bantarannya kau akan duduk dan menyaksikan alirannya.

Namun keabadian di dalam dirimu adalah kesadaran akan kehidupan nan abadi,
Dan mengetahui bahwa kemarin hanyalah kenangan hari ini dan esok hari adalah harapan.

Dan bahwa yang bernyanyi dan merenung dari dalam jiwa, senantiasa menghuni ruang semesta yang menaburkan bintang di angkasa.
Setiap di antara kalian yang tidak merasa bahwa daya mencintainya tiada batasnya?
Dan siapa pula yang tidak merasa bahwa cinta sejati, walau tiada batas, tercakup di dalam inti dirinya, dan tiada bergerak dari pikiran cinta ke pikiran cinta, pun bukan dari tindakan kasih ke tindakan kasih yang lain?
Dan bukanlah sang waktu sebagaimana cinta, tiada terbagi dan tiada kenal ruang?Tapi jika di dalam pikiranmu haru mengukur waktu ke dalam musim, biarkanlah tiap musim merangkum semua musim yang lain,Dan biarkanlah hari ini memeluk masa silam dengan kenangan dan masa depan dengan kerinduan.